Saturday, December 22, 2012

Tulisan Untuk Ibu


Sepertinya aku telambat menulis tulisan ini. Tulisan ini ku buat setelah menonton video Sekuat Hatimu (lirik) dari Last Child dan berhubung hari ini juga hari Ibu.

Hari ini aku tidak bisa memberikan hadiah kepada ibu ku. Itu semua karena salahku yang terlalu boros jadi orang, sampai-sampai uang ku habis dan tak bisa memberikan Ibuku hadiah. Mungkin hadiah materi tidak bisa kuberikan kepadanya, namun hadiah Doa untuk Ibu tak pernah lupa kuberikan.

Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang
Lindungilah Ibuku
Berikanlah kenyamanan hidup untuknya
Berikanlah kesehatan jasmani dan rohani di setiap hari-harinya
Panjangkanlah umurnya
Agar nanti Ia dapat melihat anak, cucu, cicit,..,...,..nya berhasil
Tuhan...
Bantulah aku melukis senyum di bibirnya
Bantulah aku menghentikan tangisannya
Bantulah aku membahagiakannya

Thursday, December 13, 2012

Masa SMA itu Menyenangkan

#FruitTeaIniIndonesiaRoadToSchoo #SMANELA @PHOENIX_FM_BALI
Hari ini sekolah gue di datangin sama Phoenix radio bali nih, gila sumpah seru banget. Makasi ya Phoenix, FruitTea, Gecko, Dewa Sugama, dan pastinya teman-teman OneXtion (gak ada yang lebih narsis dari kalian), oya satu lagi buat JOST SMANELA juga :)

ini ada beberapa foto-fotonya :D youk simak gan



agak burem dikit :D 

ada lagi nihh...



ini waktu kak Dewa Sugama nyanyi. Sumpah suaranya cetarmembahanabadai :* sayangnya gue gak dapet foto bareng sama dia :(. Oya waktu dia nyanyi gue suka banget denger dia nyanyi lagunya dia yang ini ni, seketika galau


Dewa Sugama - SAAT KAU MENDUA_MP3

ini liriknya 
tak kusangka semua ini terjadi
kau lukai cinta tulus ku ini
disaatku merindukanmu
disaatku mencintaimu
kau balas semua dengan dusta

ingin ku kubur semua kisah kita
kisah pahit yang takkan ku lupakan
disaat kau menduakanku
disaat kau meninggalkanku
ku tak ingin mengenangmu

reff
ku ingin kau pergi dariku
hati ini telah letih kau hianati
bila ku bisa memutar waktu
ku tak ingin mengenalmu
ku tak ingin engkau kembali
hati ini takkan lagi mencintaimu
bila kau rasakan sakit ini
mungkin kau akan mengerti

Powered by mp3skull.com

ada lagi nihh fotonya....
sorry kakak, fotonya gak lengkap personilnya :)

sedikit info tentang Gecko bisa kalian lihat disini nihh GECKO BAND
Gecko kerenkan ? 

Selain acara hiburan kayak yang dia atas itu ada juga acara lomba-lomba gitu... yang gue tau sih lomba broadcast, ranking1, and photografi kalau gak salah.

ini ada foto waktu lomba ranking1.... capcuuusss



ini ketua kelasnya OneXtion, si Kumis waktu ikut lomba ranking1. sayangnya dia kalah saat jawab soal nusa lembongan(kalau gak salah tulisannya) di kabupaten mana. Gpp kalah yang penting tetep eksis :D :D
ini nih yang menang lomba ranking1 nya(gue lupa namanya :D maaf qaqa)

Eittss tapi Kumis menang lomba broadcast lhoo.. bareng temen OneXtion juga si Desi :)
nii fotonya,, 
si Desi searah telunjuk tangannya kumis, kalau yang lagi satu gue gak tau siapa :D maaf qaqa :)

Kalau lomba photografinya gue kurang tau, soalnya lagi sibuk foto-foto bareng kakak Geckonya ni.. terutama foto bareng Kak Dwi and Kak Adi :D. Narsiiissssnyaaa...



demi foto bareng yang ini OneXtion sampai nungguin depan mobilnya kakak Dwi n Adi gecko lho..



Ini kak Putri vokalisnya Gecko, cantik ya? buat kak Hendra maaf gak ada fotonya, Kak Hendranya gak narsis sihh :D


Kerenkan kegiatan di SMANELA bareng FruitTea and Phoenix? Coba aja tiap hari sekolah ngadain acara kayak gini. Tapi ya kita sekolah itu untuk belajar jadi belajar yang diutamakan, untuk acara-acara kayak gini cuma buat selingan aja biar gak penat :D 

hehehe :D

Friday, November 23, 2012

COREL DRAW


Fungsi dari program Corel draw 

  1.  Menciptakan desain logo atau simbol, yang mana ini adalah kegunaan Corel Draw yang paling banyak dimanfaatkan oleh penggunanya, terutama pembuatan logo dua dimensi karena kemudahannya dalam mengolah garis dan warna.    
  2. Membuat desain undangan, brosur dan lain-lain juga menjadi suatu kegunaan dari program CorelDraw. Media publikasi offline lainnya juga menggunakan Corel Draw sebagai alat untuk mendesain. Corel Draw memiliki banyak jenis font yang dapat memudahkan desainer untuk mengeksplorasi imajinasi desain dan tulisan yang akan dibuat.    
  3. Membuat cover buku juga dapat dilakukan di Corel Draw. Dengan Corel Draw maka tugas desain akan menjadi mudah karena dapat memanfaatkan desain sampul dan teknik pewarnaan yang lebih sempurna oleh Corel Draw. Detail gambar pun akan terlihat lebih jelas.     
  4. Pembuatan gambar ilustrasi juga dapat dilakukan dengan Corel Draw. Gambar yang dihasilkan lebih berkualitas, terutama ketika berhubungan dengan lengkungan, garis atau sudut. Ukuran yang diperoleh dijamin sangat akurat.

Friday, October 19, 2012

TEORI TERBENTUKNYA JAGAD RAYA


1. Teori “Big Bang” (Dentuman Besar)


Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi tersebut akhirnya membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan partikel-partikel lain. Teori ”Big Bang” ini didukung oleh seorang astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin Hubble.


Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari Amerika Serikat, Arno Pnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya.

Legenda


Cerita Legenda Kalimantan

BATU MENANGIS

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?

Dongeng


Nyamuk Pertama
Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani sederhana bersama istrinya yang cantik. Petani itu selalu bekerja keras, tetapi istrinya hanya bersolek dan tidak mempedulikan rumah tangganya. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana dan hidup dari hasil pertanian sebagaimana layaknya keluarga petani.
Sang istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah selayaknya jika suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat kecantikannya. Untuk memenuhi tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak mampu memenuhi tuntutan istrinya. Selain minta dibelikan obat-obatan yang dapat menjaga kecantikanya, istrinya juga suka minta dibelikan pakaian yang bagus-bagus --yang tentunya sangat mahal.
 “Bagaimana bisa kelihatan cantik kalau pakaianku buruk,” kata sang istri.
Karena hanya sibuk mengurusi penampilan, istri yang cantik itu tidak memperhatikan kesehatannya. Dia jatuh sakit. Sakitnya makin parah hingga akhirnya meninggal dunia. Suaminya begitu sedih. Sepanjang hari dia menangisi istrinya yang kini terbujur tanpa daya. Karena tak ingin kehilangan, petani itu tak mau mengubur tubuh istrinya yang amat dicintainya itu. Dia ingin menghidupkan kembali istrinya.
Esok harinya suami yang malang itu menjual semua miliknya dan membeli sebuah sampan. Dengan sampan itu dia membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju tempat yang diyakini sebagai persemayaman para dewa. Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu pikirnya.
Meskipun tak tahu persis tempat persemayaman para dewa, petani itu terus mengayuh sampannya. Dia mengayuh dan mengayuh tak kenal lelah. Suatu hari, kabut tebal menghalangi pandangannya sehingga sampannya tersangkut. Ketika kabut menguap, di hadapannya berdiri sebuah gunung yang amat tinggi, yang puncaknya menembus awan. Di sinilah tempat tinggal para dewa, pikir Petani. Dia lalu mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.
Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua.
 “Kau pasti dewa penghuni kayangan ini,” seru si petani dengan gembira.
Dikatakannya maksud kedatangannya ke tempat itu.
Laki-laki tua itu tersenyum.
 “Sungguh kau suami yang baik. Tapi, apa gunanya menghidupkan kembali istrimu?”
 “Dia sangat berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat. Maka hidupkanlah dia kembali,” kata si petani.
 Laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya.
 “Baiklah kalau begitu. Akan kuturuti permintaanmu. Sebagai balasan atas kebaikan dan kerja kerasmu selama ini, aku akan memberimu rahasia bagaimana cara menghidupkan kembali istrimu. Tusuk ujung jarimu, lalu percikkan tiga tetes darah ke mulutnya. Niscaya dia akan hidup kembali. Jika setelah itu istrimu macam-macam, ingatkan bahwa dia hidup dari tiga tetes darahmu.”
Petani itu segera melaksanakan pesan dewa itu.
Ajaib, istrinya benar-benar hidup kembali.
Tanpa pikir panjang, suami yang bahagia itu pun membawa pulang istrinya. Tapi, sang istri tahu, selain sampan yang dinaiki mereka, kini suaminya tak punya apa-apa lagi. Lalu, dengan apa dia merawat kecantikannya?
Suatu hari, sampailah suami-istri itu di sebuah pelabuhan yang sangat ramai. Petani turun dari sampan dan pergi ke pasar untuk membeli bekal perjalanan dan meninggalkan istrinya sendirian di sampan. Kebetulan, di sebelah sampan mereka bersandar sebuah perahu yang sangat indah milik seorang saudagar kaya yang sedang singgah di tempat itu. Melihat kecantkan istri si petani, pemiliik perahu itu jatuh cinta dan membujuk perempuan cantik itu untuk ikut bersamanya.
 “Kalau kau mau ikut denganku, akan aku belikan apa saja yang kau minta,” kata sang saudagar.
Sang istri petani tergoda. Dia lalu pergi dengan saudagar itu.
Pulang dari pasar Petani terkejut karena istrinya tak ada lagi di sampannya. Dia mencari ke sana-kemari, tetapi sia-sia. Setahun kemudian, bertemulah dia dengan istrinya, tetapi istrinya menolak kembali kepadanya. Petani lalu teringat kepada dewa yang memberinya rahasia menghidupkan kembali istrinya.
 “Sungguh kau tak tahu berterima kasih. Asal tahu saja, kau hidup kembali karena minum tiga tetes darahku.”
 Istrinya tertawa mengejek.
  “Jadi, aku harus mengembalikan tiga tetes darahmu? Baiklah…”

Mitos



Cerita rakyat (mitos) dari daerah Tanah Karo, Sumatera Utara.

Sumber: http://karodalnet.blogspot.com/2011/04/contoh-cerita-mitos.html



Beru Ginting Sope Mbelin

Di daerah Urung Galuh Simale ada sepasang suami istri, yaitu Ginting Mergana dan Beru Sembiring. Mereka hidup bertani dan dalam kesusahan. Anak mereka hanya seorang, anak wanita, yang bernama Beru Ginting Sope Mbelin.

Untuk memperbaiki kehidupan keluarga maka Ginting Mergana mendirikan perjudian yaitu “judi rampah” dan dia mengutip cukai dari para penjudi untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan upayanya ini memang berhasil.

Keberhasilan Ginting Mergana ini menimbulkan cemburu adik kandungnya sendiri. Adik kandungnya ini justru meracuni Ginting Mergana sehingga sakit keras. Akhirnya meninggal dunia. Melaratlah hidup Beru Ginting Sope Mbelin bersama Beru Sembiring.

Empat hari setelah kematian Ginting Mergana, menyusul pula beru Sembiring meninggal. Maka jadilah Beru Ginting sope Mbelin benar-benar anak yatim piatu, tiada berayah tiada beribu.

Beru Ginting Sope Mbelin pun tinggal dan hidup bersama pakcik dan makciknya. Anak ini diperlakukan dengan sangat kejam, selalu dicaci-maki walaupun sebenarnya pekerjaannya semua berres. Pakciknya berupaya memperoleh semua harta pusaka ayah Beru Ginting Sope Mbelin, tetapi ternyata tidak berhasil. Segala siasat dan tipu muslihat pakciknya bersama konco-konconya dapat ditangkis oleh Beru Ginting Sope Mbelin.

Mr. WAI


Mula nya sihh, aku gak akan pernah nyangka kalo aku bisa kenal sama dia.. cerita nya bermula dari aku masuk kelas 92 disana itu kan ada manusia yang punya nama BLACK ID DANA, Waktu ini tu kan aku tukeran HP sama dia, kebetulan aku pengen ngabarin temen ku yang nama nya ALPIN CADEL kalo aku ganti nomer, Terus, pas aku mau nge send tu sms, otomatis kan aku bingung, mana kontak yang nunjukin alvin temen kku atopun alvin.a BLACK ID DANA (masalah nya waktu ini aku masi make ha pe.a dana) ..

Dengan penuh keyakinan, aku nge send thu nomer ke kontak yang tulisan nya ALVIN dan berasumsi kalo yang ku kirimim sms thu ALPIN CADEL yang aku kenal .. beberapa jam setelah pulang sekolah,, di ha pe ku muncul nomer asing n sms 'siapa ini',, wow tengik banget kan,, masa baru sms langsung nanya kea gitu. ya udah ku balik tanya aja,, kamu yang sapa kok baru sms nanya nya kea gitu,, Mr. WAI juga gak mau kalah,, dia malah balik kenyatin aku,, bahkan sms nya itu enggak tanggung tanggung,, kalo gak di bales,, langsung dah di send sampe 8kali sekaligus. karna ku kesel, ya udah, ku putusin buat nanya k BLACK ID DANA sebener nya manusia sapa yang punya thu nomer. ber abad abad aku nunggu, akhir nya di bales juga, ternyata yang punya tu nomer yaa Mr.WAI ini,, gila, jelas lah aku malu banget. padahal kan tadi tu anak udah aku kenyatin, tapi ternyata aku lah tersangka yang nyebapin kita berantem. ya udah, nyampe disini aku malu LUAR BINASA .. waktu aku bilang, ma'af ya salah kirim, e dia nya malah penasaran kalo aku ini siapa.. jelas lah aku gk bakal ngasi tau kalo aku ini siapa. bisa malu banget kan kalo di tau in, malu tujuh turunan deh !!!

Tapi, si Mr.WAI ini rasa penasaran nya, ngelebihin rasa penasaran arwah gentayangan. tetep aja aku di paksa. akhir nya, setelah aku pikirin mateng mateng, sampe sampe otak ku udah siap saji, aku mutusin buat bikin pertarungan sengit aja ama dia.. (y) #bangun pagi pagi an . aku sih berani buat bikin taruhan kea gini cz kan dia tu cowo, mana mungkin dia bisa bangun pagi (!) na, kalo aku yang menang, aku boleh buat ngg ngasi tau dia kalo aku ini sapa.. tapi kalo dia yang menang, aku harus ngasi tau sebenernya aku itu sapa ..
Itu deh, cerita gmana aku bisa kenal sama Mr.WAI.


Singkat cerita ni, pas taruan hari pertama insiden SALAH KIRIM itu, ternyata yang menangin Mr.WAI taukkk. omg, malu banget kan, masa cewe kalah ama cowo.. tapi gila aja, masa dia sms aku jam 04.00 WITA, kan jauh dari duga'an ku banget (!) *sangat meleset . aku sih ngira nya yaa paling pagi jam 6an lah, tau nya jam 4 ee==' . nyampe disini terpaksa deh aku ngakuin yang sebener nya :( #padahal nii,walaupun aku bangun duluan pun aku ga bakal sms dia juga :D habis nya biar ada aja temen sms'n # kalo urusan ini, pasti dia kaget baca nya :D. aku kan udah ngasi tau, aku thu sapa #tapi yang ku kasi nama fb ku doank :D. kalo kata BLACK ID DANA sih, Mr.WAI ini punya fb, tapi enggak pernah di buka, so aku kan fine fine aja donk kalo ngasi tau nama fb ku ke dia, karna aku yakin, dia ga bakal mau buat buka fb (mungkin menurut dia fb tu bener bener ga penting). Eh tau nya, lagi lagi pemikiran ku meleset :/ dia beneran ngebuka fb n ending nya dia tau ke aku :( omg .



Tapi enggak berenti disini doank, entah sebener nya apa yang ada di dalem otak nya Mr.WAI aku juga gak tau.. masa dia thu masi aja tetep pengen tau aku yang mana. ihh,, nges banget kan. dimana mana kalo remaja jaman sekarang thu, udah tau akun fb nya, walaupun gak satu sekolah pun bisa tau orang nya yang mana tanpa harus tanya sana sini (cukup liat info doank) . Tapi enggak buat Mr.WAI. masa thu yaa, padahal kan dia udah tau akun fb ku, tapi tetep aja dia enggak bisa menyimpulkan bentuk muka ku kea apa (!). padahal lagi ni, kan udah ku perinciin kalo aku anak 92, duduk palingpojok deket nya jendela yang sebelah nya parkiran, di tambah duduk sebangku sama BABON DHEA., kalo menurut ku nama nya osis tu kan pasti tenar, na si BABON DHEA ini kan anak osis, tapi masa si Mr.WAI ini juga enggak tau ke muka ny BABON DHEA. kelewatan banget kan (!). aku sendiri selalu berusaha ngasi kode ke dia buat ngasi tau kalo aku ini sebenernya siapa . karna, kalo dia sendiri belom tau aku, pasti Mr.WAI bakalan sms cuma buat say 'qe tu yang mana sih ?'. astaga, ribuan kode padahal udah tak kasi, tapi tetep aja dia gak pernah tau kalo aku ini yang mana ..



Pernah nii, nama nya INSIDEN 17 AGUSTUS 2011. pagi nya kan aku udah janji ke dia, kalo nanti pas di skulla aku bakal munculin wujud ku yang sesungguh nya :D, na pas pulang upacara tu, kan aku with MBOK TUTIK keliling skola ratusan kali buat nyari sosok pria berkacamata itu *Mr.WAI, ketemu juga deh, tau nya tu manusia ada di depan kelas ku, gila aja, masa dia nongkrong disana ama temen temen nya, gengsi dok :O masa cewe yang nyamperin cwo -,-' ... aku putusin dah thu buat puter haluan,. ehh tau nya MBOK TUTIK nyari masalah banget, dengan gagah perkasa dia say 'hey hey, ini lho nur nya' sambil ngelambein tangan lagi, tapi sebener nya aku juga gak tau dia ngelambein tangan ke sapa :D:D:D . dan betapa terkejut nya diri ku, pas nyampe rumah, aku tanya 'qe udah tau aku kan(?)'.

Sunday, August 26, 2012

KINI AKU MENGERTI


Dilarang meng-copas! Tolong hargai karya milik orang lain!Jika ingin copas cantumkan alamat blog ane!!!!



Kaki tua itu tak henti-hentinya berayun. Kesana, kemari , seperti tak mengenal kata lelah. Tatapan mata itu seakan penuh harapan. Tangannya tak henti memungut satu demi satu kaleng bekas yang berserakan. Sesekali ia usap keringat yang mengalir menganak sungai di dahinya. Sungguh heran aku melihatnya. Jika aku jadi dia, tidak akan aku sanggupi pekerjaan itu. Hidup sebagai seorang mahasiswi jauh lebih menyenangkan meskipun banyak tugas yang harus dikerjakan.
Nenek pengumpul barang bekas itu sebenarnya tidak asing lagi di mataku. Setiap pagi aku melihatnya dengan asyik bergaul dan bergulat dengan sampah-sampah yang berserakan di sekitar tempat kost ku. Sampah-sampah yang bagi sebagian orang mungkin sudah tidak berguna lagi. Usaha nenek itu dalam menyambung hidup patut diacungi jempol. Setidaknya ia tidak semalas penadah tangan di lampu merah.
Kulangkahkan kakiku sembari sesekali mengarahkan pandanganku ke arah nenek itu. Hatiku penasaran dan selalu bertanya-tanya. Tidakkah ia mempunyai anak? Mengapa sudah setua itu harus bekerja keras seperti itu? Namun aku tidak mau pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap hidupku.
Ku lanjutkan perjalananku menuju kampus yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kostku. Kali ini aku percepat langkahku, aku baru menyadari kalau aku sudah terlambat.
***
Aku adalah seorang mahasiswi semester 6 di salah satu fakultas kedokteran di Surabaya. Di sini aku hidup serba berkecukupan. Jika aku perlu uang, aku tinggal telpon orang tuaku. Aku tidak pernah berpikir mencari pekerjaan sampingan untuk menambah uang jajanku. Menurutku, pekerjaanku sekarang hanyalah belajar dan bersenang-senang bersama teman-temanku.
Kedua orang tuaku bertempat tinggal di Bali. Mereka berdua berprofesi sebagai petani. Kekuatan finansial orang tuaku sebenarnya tidak cukup untuk menguliahkan aku. Biaya kuliahku di sini diperoleh dengan berhutang di salah satu bank di Bali. Entah bagaimana kedua orang tuaku melunasi hutang tersebut, tidak pernah terlintas di pikiranku untuk memikirkan hal itu.
Kehidupan sebagai anak kost sudah aku alami selama tiga tahun. Selama itupula aku tidak pernah balik ke Bali. Menanyakan kabar orang tuaku melalui telepon saja jarang kulakukan.
***
Keesokan harinya aku bangun lebih awal. Ku sambut pagi yang cerah dengan senyuman. Matahari masih menyembunyikan sinarnya di balik pepohonan. Aku segera bersiap berangkat ke kampus. Kulangkahkan kakiku dengan penuh semangat menuju kampus yang merupakan surga sekaligus neraka bagiku.
Lagi-lagi ku lihat nenek itu mengorek-ngorek sampah. Aku sangat jijik melihatnya. Baju nenek itu sangat kotor dan bau. Dengan sedikit keraguan aku mendekatinya, ku perhatikan tangannya yang lincah memilah-milah sampah yang ia butuhkan. Tiba-tiba nenek   itu menghentikan pekerjaannya lalu menoleh ke arahku. Tatapan matanya sangat tajam, seakan menusuk bola mataku. Matanya yang merah, membuatnya semakin terlihat aneh dan menyeramkan. Segera aku memalingkan pandanganku. Setengah melirik ke arah nenek aneh itu, ternyata nenek itu tersenyum kecil melihatku.
“Kamu masih kuliah?” Tanya nenek itu kepadaku.
“Iya mbah.” Jawabku sambil tersenyum.
“ Kamu asalnya darimana?” Tanya nenek itu kepadaku lagi.
“Jauh mbah, dari Bali mbah.”
“Belajar yang benar, nanti kalau sudah sukses jangan lupa sama orang tua, jangan ditelantarkan mereka.”
“maksudnya mbah?” Tanyaku karena sedikit bingung dengan kata-kata yang diucapkan nenek itu.
Nenek itu tidak menjawabku. Ia langsung mengalihkan pandangannya pada sampah-sampah yang ada di depannya. Tangannya melanjutkan pekerjaannya. Aku sedikit heran melihat tingkah aneh nenek itu. Aku segera berpamitan kepada nenek tersebut dan bergegas pergi meninggalkannya.
Aku berjalan menapaki jalan yang sudah mulai dipenuhi dengan daun busuk dan ranting-ranting yang berserakan. Begitulah keadaan jalan menuju kampusku. Wajahku masih kebingungan, aku tidak mengerti maksud dari kata-kata yang diucapkan nenek itu. “Ah sudah lupakan mungkin nenek itu sekedar basa-basi. Dasar orang tua aneh.”, gumamku.
***
Keesokan harinya kuawali hariku sama seperti biasa. Cuaca pagi ini juga sama seperti biasanya. Wajahku masih sangat kusut, tak seulas pun senyum terukir di bibir yang pagi ini terlihat pecah-pecah. Waktu menunjukan pukul 07.15, sepertinya aku akan terlambat. Aku pergi tanpa mandi dan bersiap diri setelah hampir tidak tidur semalaman karena tugas yang harus aku kumpulkan hari ini.
Tak kulihat sosok nenek itu lagi. Tidak seperti biasanya. Selama 3 tahun aku disini, belum pernah aku tidak melihat nenek itu mengorek-ngorek sampah. Namun hal itu tak aku pusingkan, cukup tugas-tugas ini yang membuat aku pusing.
Hari ini, sungguh hari yang sangat melelahkan. Seluruh tubuhkan terasa pegal. Tidak ada yang aku lakukan lagi selain, tidur.
***
Sudah satu bulan aku tidak melihat nenek aneh itu lagi. Mungkinkah nenek itu tidak terlihat lagi karena ia sadar aku sering memperhatikannya? Ah, tidak mungkin. Mungkin saja ia pulang ke kampung karena kangen dengan cucu-cucunya.
Ku lihat seorang pria paruh baya sedang mengorek-ngorek sampah di depan tempat kost ku. “Mungkin bapak ini saudara nenek aneh itu. Coba ku tanyakan saja kemana nenek aneh itu sekarang, gumamku.
“Maaf pak, saya menggangu sebentar.”
“Iya nduk, gak apa-apa. Ada apa ya?”
“Begini pak, saya mau tanya, nenek yang biasa ngambil barang bekas di sini kemana ya?” tanyaku kepada bapak tersebut sambil berharap mendapat informasi yang bisa memakan rasa penasaranku ini.
“Oh, Mbah Darsih?”
“Saya juga kurang tahu namanya pak.”
“Setahu saya, yang biasa ngambil barang bekas di sini sih Mbah Darsih. Dia sudah meninggal setahun yang lalu nduk.” Jawab bapak itu dengan nada setengah berbisik.
Hah? Meninggal? Setahun lalu? Sepertinya bukan mbah Darsih yang aku maksud. Tidak mungkin nenek itu meninggal satu tahun lalu, sedangkan aku baru satu bulan tidak melihatnya.
“Ngomong-ngomong, ada apa ya nduk, kok nanya tetang Mbah Darsih?” Tanya bapak itu kepadaku. Pertanyaan itu membuyarkan lamunanku. “Oh, gak apa-apa pak” Jawabku sambil tergesa-gesa sambil masuk ke dalam kamar kost ku.
Bapak itu tambah membuat aku semakin penasaran. Kira-kira kemanakah nenek itu? Aku terdiam merenung. Tiba-tiba terdengar suara, Duuaarrr!!
“Ayo, ngelamunin apa itu? Habis diputusin pacar ya?” Suara lena mengagetkanku. Aku hanya tersenyum, lalu masuk ke kamar kost ku. Lena mengikuti dari belakang dan ikut masuk ke kamar ku juga. Lena adalah teman satu kost ku. Kamarnya di depan kamar ku. Di sana kami sibuk membicarakan tentang tugas dan beberapa tingkah laku dosen yang aneh. Sampai akhirnya aku dan Lena tertidur pulas.
***
Gadis itu sangat cantik, tinggi, putih, bagaikan pragawati. Sepatu hak tinggi berwarna hitam menutupi kakinya, sangat serasi dengan kemeja merah dan rok hitam yang dipakainya.
Iya berjalan berjalan berlenggak-lenggok. Semua mata tertuju padanya. Iya berjalan menghampiri seorang nenek yang berbaju putih dengan rok hijau. Nenek itu, iya nenek itu adalah nenek yang biasa mengorek-ngorek sampah. Syukurlah, ternyata nenek tersebut masih hidup.
Nenek itu terlihat sangat akrab dengan gadis cantik tadi. Sedikit ku dengar bisikan-bisikan suara mereka berdua.
“Mbah, Mbah Darsih, Raya berangkat dulu ya?”
“Iya nduk, hati-hati ya! Belajar yang baik.”
Apa? Mbah Darsih? Berarti benar yang dimaksud oleh bapak itu. Tapi, kenapa Mbah Darsih dikatakan sudah meninggal ya? Sepertinya beliau sehat-sehat saja.
Sekejap, cahaya hitam menutupi pandanganku, gelap, gelap sekali. Sampai akhirnya terdapat cahaya. Aku berjalan menuju sumber cahaya terebut. Samar-samar kulihat gadis itu lagi,  ia keluar dari sebuah mobil mewah berwarna biru.
Mobil itu diparkir di garasi di dalam rumah yang sangat megah. Sepertinya bukan rumah Mbah Darsih. Dari kejauhan, tampak seseorang berjalan menuju rumah tersebut sambil berteriak, “Raya, Raya, kamu kemana saja nak? Mbah bingung nyariin kamu, ini rumah siapa nak?”
Ya Tuhan, ternyata dia adalah Mbah Darsih. Tetapi, kenapa Raya seperti tidak mengenali Mbah Darsih?
“Nenek siapa? Saya tidak kenal dengan nenek.” Tanya Raya dengan ketus.
“Ini Mbah, Raya. Ini Mbah Darsih. Masa kamu lupa sama Mbah?” Jawab Mbah Darsih bingung.
“Saya tidak kenal kamu. Pergi kamu dari rumah saya, dasar orang tua dekil, bau!” bentak Raya kepada Mbah Darsih. Kemudian Raya mendorong Mbah Darsih hingga jatuh tergeletak, di aspal jalan depan rumah Raya. Dari kejauhan, nampak sebuah truk berjalan dengan kecepatan tinggi menuju kearah Mbah Darsih. Astaga, ada apa ini?
Mbah darsih terlindas oleh truk tersebut, spontan aku berlarian menghampirinya. Aneh, tubuhku tidak bisa digerakan. Aku sepertinya sedang berlari namun tidak berlari. Tiba-tiba tubuh Mbah Darsih tergeletak tepat di kakiku. Aku terkejut, aku takut, tak terasa air mataku menetes.
Mbah Darsih kemudian menggenggam tanganku erat dan berkata, “Jangan pernah sia-siakan orangtua mu, hargai mereka, hargai perjuangan dan pengorbanan  mereka.”
“Iya Mbah, saya pasti tidak akan menyianyiakan mereka.” Jawabku dengan suara terbata-bata.
Seketika tubuh Mbah Darsih berubah menjadi mengenaskan, darahnya berceceran, tubuhnya gepeng terlindas truk. Semua itu tampak nyata, sangat nyata dan sangat menyeramkan. Spontan aku pun berteriak, “TIDAAAAAK…….”
Teriakanku membangunkan Lena yang sedang tidur di sampingku. Ia terkejut melihhatku meronta ketakutan dengan mata masih terpejam. Segera Lena membangunkanku.
“Ris, kamu kenapa Ris?’ Risa, sadar Ris! Sadar!” Kata Lena sambil menepuk-nepuk pipiku. Aku tersadar, tak terasa air mataku menetes. Aku menatap ke arah Lena, Lena tampak kebingungngan. Akupun merangkul tubuh Lena sambil menangis dengan keras.
***
Kini aku tersadar, Mbah Darsih tidak ingin aku menjadi seperti Raya, yang sombong setelah mencapai kesuksesan. Aku belum mencapai kesuksesan saja sudah lupa dengan orangtua. Sungguh, anak macam apa aku ini? Aku hanya bisa menuntut orang tua ku untuk segera mengirim uang. Sedangkan aku tidak pernah mau tahu tentang kabar mereka. Apakah mereka sehat, ataukah mereka sakit. Aku tidak pernah mau tahu tentang masalah itu. Aku sangat menyesali sikapku yang seperti itu. Aku bertekad, liburan semester ini aku akan mengunjungi mereka ke Bali. Ya, aku harus meminta maaf kepada orang tua ku. Akupun terlelap dalam tidurku di malam yang sunyi.



Sunday, March 18, 2012

CERPEN "AYU"




60 tahun sudah umurnya, namun masih saja orang tua renta itu berjualan. Mbah Darsih, begitulah orang sering memanggilnya. Panasnya matahari, dinginnya malam, derasnya hujan tak menyurutkan niatnya untuk berjualan. Itu semua Ia lakukan hanya untuk sesuap nasi. Dengan setia Ia menanti pembeli demi pembeli walau terkadang banyak pembeli yang cerewet mengeluhkan dagangan  Mbah Darsih. Tidakkah mereka kasihan dengannya? Dimanakah anak-anak Mbah Darsih? Mengapa orang setua itu masih mencari nafkah, bukankah seharusnya Ia bersantai menikmati masa tuanya? Lirih hatiku melihatnya.
Tak lama kemudian datanglah seorang gadis perempuan berparas cantik, berambut panjang, membawa dua bungkus nasi. Ternyata Ia cucu Mbah Darsih. Gadis itu bernama Ayu. Gadis itu tampak senang lalu duduk di samping Mbah Darsih dan berkata, “Mbah ini nasinya. Harganya lima ribu satu bungkus. Ini uang kembaliannya.” Mbah Darsih tersenyum dan berkata, “Ndak usah nduk, kembaliannya buat kamu saja, buat uang saku untuk sekolah besok nduk. Belajar yang rajin ya nduk biar jadi orang sukses. Biar bisa beli mobil seperti orang-orang.” Ayu tersenyum dan meyakinkan neneknya, “Mbah gak usah khawatir, Ayu pasti rajin belajar Mbah.” Mereka berdua tersenyum saling bertatap-tatapan. Lalu Mbah Darsih memeluk Ayu dan berkata, “Ayu memang cucu yang paling baik di dunia ini.” Ayu hanya bisa tersenyum geli.
Malam pun tiba saatnya Ayu dan neneknya pulang untuk beristirahat setelah seharian berjualan kue. Dari tempat berjualan mereka berjalan kaki ke tempat peristirahatan mereka. Tempat dimana mereka terlindungi dan berbagi keluh kesah. Dengan wajah letih mereka berdua tetap berjalan dan terus berjalan hingga sampai di tempat peristirahatan mereka. Tempat itu dalah rumah. Ya, rumah! Rumah kecil yang tampak tak layak tinggal itulah rumah mereka. Meskipun kecil namun penuh kasih sayang di dalamnya.
Sesampainya di rumah Ayu langsung mandi dan belajar ditemani oleh  neneknya. Dalam kegelapan, ditemani lampu sentir, itu lah hidup mereka disaat malam tiba.
“Kasihan kamu nduk, masih kecil sudah jadi yatim piatu. Tega sekali ibumu meninggalkan mu. Sedangkan ayahmu, manusia bejat itu memang pantas mati, tak ku sangka punya mantu pemakai narkoba seperti dia. Kamu jangan seperti kedua orang tua mu ya nduk! Kamu harus jadi orang yang tegar dan bertanggung jawab.” Kata Mbah Darsih kepada Ayu sambil menangis.
“Mbah gak usah khawatir. Ayu akan selalu ingat nasehat Mbah. Ayu janji.” Kata ayu sambil tersenyum.
“Ya sudahlah nduk, mbah mau pergi tidur dulu. Habis belajar langsung tidur nduk!” kata Mbah Darsih (bangun dari tempat duduknya dan pergi ke tempat tidur).
Entahlah apa memang sudah takdir atau hanya kesialan hidup belaka. Inginnya Mbah Darsih tidur sementara waktu namun tak disangka Tuhan berkehendak lain. Nenek tua itu meninggal di usia 60 tahun. Sungguh mengejutkan dan tak pernah terpikir oleh Ayu neneknya akan meninggalkannya. Ayu hanya bisa menangis dan menangis. Semua tetangganya sedih melihat keadaan Ayu, namun apa yang bisa mereka perbuat, mereka juga orang susah tak mapu membantu Ayu dengan maksimal.
Saat pemakaman neneknya Ayu tetap menangis. Ia mencoba untuk tegar namun Ia tak mampu. Sembari menaburkan bunga di makam neneknya Ia berkata, “Kenapa mbah meninggalkan Ayu sendirian ? Ayu ingin ikut sama mbah. Buat apa Ayu hidup sendirian disini mbah?” Saat itu ada wali kelas Ayu di sampingnya dan berkata, “Kamu tidak boleh bilang seperti itu Yuk! Mungkin ini memang sudah takdir dari yang kuasa. Ibu yakin kamu pasti bisa menghadapi cobaan ini.” Ayu terdiam sambil mengusap air matanya. Dalam hati Ia berkata , “Ini bukan akhir dari segalanya. Iya Ayu harus bisa mewujudkan impian Mbah supaya mbah senang di alam sana.” Lalu mereka berdua pergi meninggalkan makam Mbah Darsih.
Kini Ayu menyambung hidup dengan berjualan kue dan untuk biaya sekolah Ayu dari dulu mendapatkan bea siswa karena prestasi belajarnya yang membanggakan. Pagi hari Ia sekolah, siang hari Ia membuat kue, kemudian sore hingga malam Ia berjualan kue. Lalu kapankah Ia mendapatkan waktu untuk belajar? Sungguh anak yang pintar, pagi-pagi buta Ia bangun untuk belajar. Betapa beratnya hidup yang di hadapi oleh anak gadis berusia 15  tahun yang baru duduk di bangku kelas 3 SMP ini. Hati siapapun pasti menangis melihatnya.
Tak cukup hanya cobaan itu yang Ia hadapi. Kini Ia kehilangan tempat berjualannya dan tempat tinggalnya karena digusur. Akhirnya Ia pun berakhir di panti asuhan.  Bukannya duka yang Ia dapatkan melainkan kebahagiaan karena mendapat tempat tinggal yang nyaman dan teman-teman baru yang sangat baik hati. Di sana Ia menemukan kehidupan barunya dan berusaha tidak lagi di bayangi oleh suramnya nasib yang Ia dapatkan.
 Setelah lulus SMA Ayu memutuskan untuk pergi dari panti asuhan tersebut. Ia pun berpamitan dengan adik-adiknya di sana dan Ibu penjaga panti.
“Bu, terimakasih atas bantuan yang ibu berikan kepada saya. Tanpa bantuan ibu mungkin saya sudah mati kelaparan di jalanan. Sudah cukup banyak saya merepotkan ibu di sini, sekarang saya ingin meninggalkan panti asuhan ini.” Kata Ayu kepada ibu penjaga panti asuhan tersebut.
“Lalu kamu mau tinggal dimana nak? Kamu tidak pernah merepotkan ibu.” Sahut ibu penjga panti kepada Ayu.
“Saya akan ngekos bu. Saya juga akan kerja sambil kuliah di falkutas kebidanan. Sekali lagi terima kasih ya bu.”
“Baiklah nak, kamu boleh pergi kalau ada sesuatu yang kamu perlukan jangan ragu datanglah ke sini.”
“Iya bu saya mohon pamit dulu ya bu,”
Lalu Ayupun pergi meninggalkan panti asuhan tersebut. Dengan berbekal sedikit uang Ia pergi mencari tempat kos-kosan yang murah.
 Hari demi hari Ia lalui dengan penuh  semangat hingga kemudian ada seorang teman di kampus Ayu yang iri dengan prestasi Ayu, kemudian teman Ayu tersebut menjerumuskan Ayu ke dunia kenakalan remaja. Sex bebas, narkoba sudah menjadi sahabatnya saat ini. Semua perilakunya sudah jauh dari batas kewajaran. Sungguh tak pernah di sangka. Gadis lugu seperti Ayu harus terjerumus di dalam dunia kegelapan seperti itu. Kuliah yang hanya tinggal 2 semester Ia tinggalkan begitu saja.
Hingga kini Ayu merasakan akibat dari perbuatannya. Ia terkena penyakit yang mematikan. Penyakit AIDS, begitulah orang menyebutnya. Sungguh tak pernah Ia pikirkan ini semua. Ia sangat menyesal. Namun semua ini tidak membuat Ia menyerah. Dengan sisa hidupnya kini Ia memanfaatkan waktunya untuk berbuat yang lebih baik. Ia lanjutkan kuliahnya.
Setahun berlalu. Ayu tidak pernah memeriksakan keadaannya ke dokter selama setahun ini. Kini Ia ingin memeriksakan keadaannya. Sungguh keajaiban ternyata penyakit tersebut hilang dari tubuh Ayu. Ayu sadar mungkin dulu itu adalah teguran dari Tuhan.
Kini Ayu melanjutkan hidupnya dengan sangat bahagia hingga Ia mampu menyelesaikan kuliahnya dan berhasil menjadi bidan yang professional. Ia mampu membangun klinik bersalin dengan kerja keras yang Ia lakukan selama ini. Iapun mampu membeli mobil seperti yang diimpikan oleh neneknya. Tersenyum bangga Ia melihat mobil itu. Seorang pria mendekatinya. Rupanya itu adalah suami Ayu. Pria itu bernama Rizal. Rizal adalah seorang pengelola hotel yang terkenal. Ia pria yang baik dan sangat menyayangi Ayu. Sungguh beruntung Ayu mendapatkan pria seperti Rizal.
Suatu hari saat Ayu melayat ke makam neneknya. Tampak dari kejauhan seorang wanita bersama suaminya berada di makam Mbah Darsih. Wanita itu menangis di depan makam mbah Darsih. Ayu terkejut ternyata wanita itu adalah ibunya. Ayu tidak pernah lupa dengan wajah ibunya.
“ibu benarkah kamu ibuku? Sedang apa ibu di sini? Tanya Ayu penasaran.
Lalu wanita itu beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Ayu sembari berkata, “Ayu maafkan Ibu”

Saturday, March 17, 2012

CERPEN BAHASA BALI "LACUR"

Dilarang meng-copas! Tolong hargai karya milik orang lain!Jika ingin copas cantumkan alamat blog ane!!!!



Anakѐ tua anѐ matuuh nem dasa tiban ento maadan Dong Darsih. Sesai Ia medagang canang di sisin rurungѐ. Uling dagangannѐ ento Ia ngidang manyekolahang cucunnyanѐ anѐ maadan Luh Yayuk, suba matuuh limolas tiban, enu negak  ring bangku kelas 3 SMP. Luh Yayuk sampun ka tinggalin mati olih bapannyanѐ tur ka tinggalin ngantѐn olih mѐmѐnnѐ. Ento ngeranayang Luh Yayuk ka rawat olih dadongnѐ. Yadiastun Luh Yayuk ngelah Mѐk Ngah anѐ nongos di Badung nanging Ia tusing taen nyak yѐning orahina nongos ngajak Mѐk Ngahnѐ di Badung, enu luungan nongos ngajak dadongnѐ katimbang nongos ngajak Mѐk Ngahnѐ konѐ.
Kangin kauh Dong Darsih ngalih gaѐ mangda ngidang ngidupin cucunnyanѐ. Panes bateng, dinginnѐ peteng tusing taѐn ngaѐnang Ia nyerah nyalanang idupe anѐ lacur enѐ. Pedalem pisan nasib Dong Darsihѐ, nanging aget Dong Darsih ngelah cucu cara Luh Yayuk anѐ setata nulungin Dong Darsih medagang.
Ri sedek Dong Darsihѐ medagang teka Luh Yayuk ngemel busung sambilanga megending-gending lagu pop Bali, lantas kecapatin olih Dong Darsih, “Kenken luh, mael jani ajin busungѐ?” Luh Yayuk suud magending laut nyautin petakѐn dadongnyanѐ, “Bih mael ajan Dong. Telung dasa tali jani apesel. Miriban krana suba paek rahinan purnamanѐ.” Makesyab dadongnѐ, “Aduh kѐnkѐnang jani ngadep canang lamun mael busunge.” Lantas kesautin olih Luh Yayuk, “Yѐn mael busungѐ maelang masih ngadep canangѐ. Ajin bunga masih menѐk jani Dong, akilone petang dasa tali rupiah jani.” Dadongnѐ kitak kituk.
“Yѐn mael canangѐ tusing ada anakѐ anѐ  meli canang nyanan. Sebet atinѐ baana.” Kѐto dadongnѐ nuturang kenehnѐ.
“Tenang dogѐn Dong, pasti anakѐ anѐ mablanja lakar ngerti yѐning jani canangѐ ngemaelang.” Luh Yayuk mesaut banban.
Dadongnѐ mendep tur makenyem tusing mesaut buin.
“Yѐh saja. Engsap nguliang susuknѐ. Nѐ susuk belin busungѐ dong.” Kѐto Luh Yayuk ngorahang sambilanga ngemaang susuknѐ tekѐn Dong Darsih.
“Mimih cucun dadongѐ enѐ, enu cenik suba melajah korupsi.” Pesaut dadongnѐ nyandѐnin.
“Sing ja keto dong. Anakѐ tiang engsap tuni.” Pesaut Luh Yayuk sambil nahenang eleknѐ.
          Dadongnѐ kedѐk, kendel pisan ningalin cucunnѐ anѐ nahenang elek buka ka kѐto. Lantas dadongnѐ mesaut, “Nѐ susuknѐ cening dogѐn nyuang, anggon bekel masuk bѐnjang.”
          “Yѐѐ… kѐto nakѐ uling tuni dong. Suksma, dadong tiangѐ anѐ paling jegѐg.” Pesaut Luh Yayuk. Demen pisan atinѐ. Dadongnѐ tuah kedѐk.
          “Selegang melajah nah Luh! Mangda ngidang dadi anak suksѐs. Mangda tusing pragat dadi dagang canang buka dadong, mangda ngidang meli mobil cara anakѐ lѐn.” Kѐto Dadongnѐ nuturang.
          “Aduh dadong sampunang jejeh, tiang pastika lakar seleg melajah. Nyanan yѐning iraga suba ngelah mobil lakar ka ajak tiang dadong matirta yatra ka pura-pura anѐ ada di Bali.”
          “Yѐh saja to luh?” Dadongnѐ nakonang.
          “Saja dong.” Luh Yayuk nyekenang dadongnѐ.
          “Liang pisan atin dadong ngelah cucu anѐ becik, dueg tur jegeg buka cening.” Kѐto dadongnѐ nyautin sambilanga ngelut Luh Yayuk laut make dadua saling makenyem.
          Suryanѐ suba lingsir, sube minggek kauh, masan Luh Yayuk lan dadongnyanѐ wusan madagang. Ajaka dadua laut mulih, mulih ka umahnѐ anѐ cupet tur buuk pisan. Umah anѐ tusing luung katongosin nanging liu olas asih ring tengahnyanѐ.
          Ri sedek mejalan mulih Dong Darsih ngajak Luh Yayuk simpang ka dagang baju, lakar meliang Luh Yayuk baju baru. Demen pisan atin Luh Yayukѐ belianga baju baru teken dadongnyane.
          “Anѐ encѐn lakar ka beli Luh?” Dong Darsih matakѐn tekѐn cucunnyanѐ.
          “Anѐ enѐ dogѐn dong. Warnannѐ luung tur harganѐ masih tusing mael.” Pesaut Luh Yayuk sambil ngisiang baju anѐ mawarna pelung misi gambar bonѐka, luung pisan.
          Lantas dadongnѐ meliang Luh Yayuk baju anѐ ka pilih olih Luh Yayuk laut majalan manjus ka tukadѐ malu. Di tukade Ia lan dadongnѐ manjus saling kasiramin. Sasampunѐ suud manjus mara Luh Yayuk lan dadongnyanѐ majalan mulih ka umahnѐ.
          Sasampunѐ teked jumah Luh Yayuk lantas mebanten, laut melajah katimpalin olih dadongnѐ. Dadongnѐ bengong ningalin Luh Yayuk melajah. Makelo dadongnѐ bengong kanti ngetѐl yѐh matannѐ.
          “Pedalem pisan cening enu cenik sube kakalahin olih rerama. Lacur dadong ngelah pianak buka bapan ceningѐ, tusing taѐn inget tekѐn somah kanti kakalahin ngantѐn tekѐn somahnѐ, sesai ngamuk yѐning tusing maan ngamah narkoba. Pamuputnѐ masih payu Bapan ceningѐ mati ulian narkoba.” Kѐto dadongnѐ Luh Yayuk maseselan.
          “Dadong sampunang manyesel buka ka kѐnѐ, tiang dogѐn tusing taѐn nyesel ngelah rerama cara ka kѐto.” Pesaut Luh Yayuk sambilanga ngusapin yѐh paningalan dadongnѐ.
          “Eda pesan cening dadi manusa cara reraman ceningѐ.” Kѐto dadongnѐ mabesen tekѐn Luh Yayuk.
          “Dadong sampunang sumandangsaya tiang lakar inget tekѐn pebesen dadong.” Luh Yayuk mesaut nyekenang dadongnѐ.
          Dadongnѐ mendep tusing nyidang mesaut buin,laut bangun majalan ka tongos pasarѐannѐ. Yѐh paningalanѐ tusing ngidang kaandeg. Suba  kasadsadin  nanging tusing suud-suud ngetѐl yѐh paningalannѐ.
          Bѐnjang pasemengannѐ Luh Yayuk gelurina olih pisaganѐ, laut Luh Yayuk bangun uling pasarѐannѐ. Tepukina dadongnѐ suba tusing ada di pasareannѐ. Enggal-enggal Luh Yayuk pesu uling umahne, saget tepukina suba liu anakѐ di arepan umahnѐ. Iseng Ia nakonang anakѐ ngudiang ramѐ-ramѐ ento.
          “Mek kenken to ngudiang ramѐ-ramѐ?” Kѐto Luh Yayuk matakѐn tekѐn pisaganѐ.
          “Mai Luh Ka rumah sakit jani. Tuni I dadong ulung uling  punyan jepunѐ dugas ngalap bunga.” Kѐto pisaganѐ ngorahang.

Contoh PKM-GT Lolos Dikti 2016 Toko Hijau : Upaya Meningkatkan Kembali Nilai Livable City Kota Denpasar

Berikut Link Dropbox PKM-GT tersebut pkmgt-dwipratiwi-tokohijau-lolosdikti PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TOKO...